Jumat, 25 Mei 2012

Inspirasi "Si Tukang Kayu dan Rumahnya"

Si Tukang Kayu dan Rumahnya

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya,ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu, " katanya, "hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

Pojok Renungan:
"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri". 
(Adapted from The Builder - Cecilia Attal)

Senin, 21 Mei 2012

Inspirasi " Dua Potong Kulit "


“Hanya Perlu Dua Potong Kulit Saja”

Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, "Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya."

Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.

Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, "Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja."
Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut "Sandal".

Pojok Renungan:
Seringkali kita berharap dapat mengubah seluruh dunia beserta isinya, namun  sesungguhnya yang diperlukan hanyalah mengubah diri kita sendiri. (adapted from The Song of Birds - Anthony de Mello)

Toddo Ati " CANGKIR YANG CANTIK"

   "CANGKIR YANG CANTIK"

Suatu ketika kala itu di sore senja, saya dan istriku  sedang duduk disebuah WARKOP menikmati secangkir kopi ..ya tepatnya di “warkop Bengkel Kopi kota palopo”. Tidak sadar mata kami tertuju pada cangkir tempat suguhan kopi.  "Lihat cangkir itu sungguh indah cantik mempesona," kata istri saya. "benar, ini cangkir tercantik yang pernah aku lihat," sahutku. 

"saat itupun aku terhentak mengingat sebuah inspirasi dari teman yang mengirim ke email pribadiku...ya tepatnya thn 2005 yang lalu..kang azep disurabaya...."
ya sebuah   cerita yang moment dan kesempatan persis sama.... 
Bro n sis tambah basa basi lagi saya lanjutkan ceritanya ya"......

Saat menyentuh kopi tersebut dengan maksud ingin merasakan hangatnya seduhan kopi, tiba-tiba cangkir itu berbicara, "Terima kasih atas penghargaan kalian, perlu diketahui bahwa dulu aku tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang sangat buruk. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotornya melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. "Stop! Stop!" aku berteriak, tetapi orang itu berkata "belum!" Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. "Stop! Stop!" teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. "Panas! Panas!" teriakku sekeras-kerasnya. "Stop! Cukup!" teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku fikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. "Stop! Stop!" aku berteriak. Wanita itu berkata "belum!". Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. "Tolong! Hentikan penyiksaan ini!" sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali  Aku hampir tidak percaya, karena dihadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik.

Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku. "Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaanNya. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Pojok Renungan: 

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda. (diadaptasi dari posting: Unknown//Blog.Tabloid Obsesi Bangsa)

Rabu, 02 Mei 2012

Nur Sam Hidayat in memoriam
"BUSUNG LAPAR DI LUMBUNG BERAS"

Sungguh "ironi" kata pantas buat Negara kita, disaat semua orang berbicara kesejahteraan, berbicara politik, sukses mensukseskan dengan bahasa retorika santun tanpa sedikitpun kata yang tercela bah lantunan musik merdu dengan syair-syair indah namun disudut sana disebuah desa kecil seorang anak bangsa duduk diam "menanti" bukti sebuah retorika itu sendiri.

Sam Nur Hidayat,seorang anak seorang sopir truck harian (anak dari Daeng Rate & Nurma) berdomisili di daerah Limbung Majannang,kec.Bajeng, Kab Gowa, penderita Busung Lapar yang  saat itu usianya 15 Thn, dan setahun yg lalu di bulan yang sama telah berpulang kehadiratNya, sungguh ironi Busung Lapar di daerah Lumbung Beras, menurut pengakuan orang tuanya pemerintah setempat "kurang memperhatikannya"   

"saya sudah melapor ke kelurahan pak agar di beri bantuan kesehatan, tapi katanya sudah di laporkan ke Pemerintah Daerah, pernah sekali dari kelurahan beserta orang kesehatan datang cuma sudah beberapa tahun tidak ada kabar lagi, saya ini cuma sopir truck harian yang bila tidak ada kerja paling bantu teman jadi kuli bangunan," ungkap Daeng Rate kepada wartawan media Obsesi Bangsa (05 Mei 2011_Rec)

Dan kini  di bulan yang sama sekitar setahun lalu "Sam Nur Hidayat" telah berpulang ke Rahmatullah menghadap sang khalik.  semoga ada hikmanya.

(Msyafrullah/OB#02)
.  

Minggu, 29 April 2012

Motivasi_"Dua Kotak"

DUA KOTAK

Ada di tanganku dua buah kotak yang telah Tuhan berikan padaku untuk dijaga. Kata-Nya, "Masukkan semua penderitaanmu ke dalam kotak yang berwarna hitam. Dan masukkan semua kebahagiaanmu ke dalam kotak yang berwarna emas."
Aku melakukan apa yang Tuhan katakan. Setiap kali mengalami kesedihan maka
aku letakkan ia ke dalam kotak hitam. Sebaliknya ketika bergembira maka aku letakkan kegembiraanku dalam kotak berwarna emas. Tapi anehnya, semakin hari kotak berwarna emas semakin bertambah berat. Sedangkan kotak berwarna hitam tetap saja ringan seperti semula.
Dengan penuh rasa penasaran, aku membuka kotak berwarna hitam. Kini aku tahu jawabannya. Aku melihat ada lubang besar di dasar kotak berwarna hitam itu, sehingga semua penderitaan yang aku masukkan ke sana selalu jatuh keluar. Aku tunjukkan lubang itu pada Tuhan dan bertanya, "Kemanakah perginya semua penderitaanku?" Tuhan tersenyum hangat padaku. "Hambaku, semua penderitaanmu berada padaKu."  Aku bertanya kembali, "Tuhan, mengapa Engkau memberikan dua buah kotak, kotak emas dan kotak hitam yang berlubang?"
"AnakKu, kotak emas Kuberikan agar kau senantiasa menghitung rahmat yang Aku berikan padamu, sedangkan kotak hitam Kuberikan agar kau melupakan penderitaanmu."

Pojok Renungan:
Ingat-ingatlah semua kebahagiaanmu agar kau senantiasa merasakan
kebahagiaan. Campakkan penderitaanmu agar kau melupakannya.  (diadaptasi dari Two Boxes)

Bank Danamon Cab.Palopo_luwu Sulawesi Selatan

“PT. Bank Danamon Indonesia Cab. Palopo
salah satu Bank Swasta Nasional TERBAIK PELAYANANNYA” 

                                                                                             
                                                                                           
                                                                                                 Palopo.OB
Pertumbuhan ekonomi disuatu daerah tidak lepas dari peran serta perbankan yang lewat program-programnya memberi kemudahan dan pelayanan  terhadap nasabah maupun calon nasabah, salah satunya Bank Danamon Cab. Palopo dimana lebih mengutamakan service buat nasabah, hal senada diungkapkan salah satu Masyarakat kota palopo “syafrullah” dalam komentarnya “semua bank itu sama baik fasilitas maupun program-programnya namun yang membedakan adalah pelayanannya, tentu bagaimana senyum dan sapa dari karyawan bank itu sendiri jadi tingkat suku bunga bukan tolak ukurnya dan saya bangga jadi nasabah Bank Danamon, initinya keramahan dari pihak bank itu sendiri”, singkat syafrullah selaku salah satu nasabah danamon cab.palopo yang juga sekaligus pengurus Ikatan Kekeluargaan Alumni Teknik Elektro Poltek_UP di Luwu Raya”.

Melalui wawancara singkat Media Obsesi Bangsa dengan  Rosmiaty Gani selaku Branch Manager PT. Bank Danamon Indonesia,Tbk cabang Palopo dan telah bertugas kurang lebih setahun di kota palopo disela-sela kesibukannya dengan singkat mengatakan salah satu kunci sukses dalam pelayanan prima yaitu bagaimana mendengar, mengerti dan memahami nasabah agar melampaui kepuasan nasabah itu sendiri lewat program-program yang kami tawarkan ke Nasabah maupun calon Nasabah. Khusus untuk di kota palopo sendiri Bank Danamon hadir selaku bank swasta nasional “tertua” di kota palopo tentu punya harapan agar masyarakat palopo bisa lebih sejahtera lewat program-program yang kami tawarkan, bila dikatakan  salah satu bank swasta nasional terbaik pelayanannya itu semua tidak terlepas dari kerja sama tim kami yang ada di Bank Danamon Cabang Palopo yang terdiri dari beberapa bagian, namun kepuasan pelayanan yang merasakan dan menilai adalah nasabah itu sendiri,   singkat “ocha”    

Dilain tempat pengurus sporter Tim sepakbola Munchester United di Makassar pada saat lounching Tabungan Munchester United di Makassar, “Muhammad Akbar” mengatakan program dari Bank Danamon tersebut  salah satu inovasi kreatif yang betul-betul mengerti dan memahami kami selaku komunitas sporter Tim sepakbola Munchester United dan selaku pengurus yang beranggotakan jutaan orang sangat  berterimakasih buat pelayanan Bank Danamon melalui program-programnya terhadap kami para pencinta sepakbola khususnya sporter Tim Munchester United for Indonesia_Sulsel, tegas “Aba” 
(Lipt.OB _Dg Petta)
             

Jumat, 09 Maret 2012

Polri Serahkan Sengketa Pers ke Dewan Pers

Dewan Pers dan Kepolisian RI Menandatangani Nota Kesepahaman 
(Memorandum of Understanding) 

     Jakarta- Dewan Pers dan Kepolisian RI hari ini menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dalam hal koordinasi penegakan hukum. "MoU berisi koordinasi penegakan hukum dan perlindungan kemerdekaan pers," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Muhammad Taufik di kantor Humas Mabes Polri, Kamis, 9 Februari 2012. Penandatanganan dilangsungkan di gedung DPRD Jambi.

    Penandatanganan MoU ini bertujuan untuk mewujudkan penegakan hukum dan perlindungan kemerdekaan pers yang berimbang, tidak beritikad buruk serta menghormati supremasi hukum.

  Lingkup kesepakatan mencakup aspek operasional dan pembinaan sumber daya manusia. Aspek operasional meliputi koordinasi penegakan hukum dan perlindungan kemerdekaan pers. Sedangkan pembinaan sumber daya manusia mencakup pelaksanaan pendidikan dan latihan baik dari pihak awak media maupun aparat.

   Koordinasi dalam penegakan hukum yang dimaksud misalnya, terkait pelaporan dari masyarakat pada Polri mengenai pemberitaan maka kepolisian tidak akan langsung memproses laporan tersebut. "Polri akan mengarahkan pihak yang berselisih untuk melakukan langkah bertahap mulai dari hak jawab, hak koreksi atau pengaduan terlebih dahulu ke Dewan Pers," kata Taufik. Sedangkan seluruh pelanggaran yang berkaitan dengan kode etik akan mengacu pada Undang-undang pers.

   Dalam MoU tersebut juga diatur mekanisme pemberian bantuan Dewan Pers pada Polri selama proses pemeriksaan tindak pidana terkait pemberitaan. Pemberian dukungan bisa berupa pengadaan saksi ahli oleh Dewan Pers selama proses pemeriksaan. MoU berlaku selama lima tahun dan diharapkan bisa membangun sinergi antara polisi dan wartawan. (TEMPO.CO,ANANDA W. TERESIA)
Sumber : Forwi

Harapan Buat Kapolda Baru

 "Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama kepada seluruh masyarakat Sulsel. Semoga harapan saya yang belum kesampaian akan dilanjutkan  oleh pengganti saya," pinta Johny dalam sambutannya."

  Makassar, Med-Informas Forwi (Jumat,9/3/2012) Irjenpol Mudji Waluyo resmi menjabat Kapolda Sulselbar baru menggantikan Irjenpol Johny Waenal Usman. Pergantian kedua perwira tinggi bintang dua itu ditandai dengan acara serahterima jabatan di Mapolda Sulselbar, Jumat 9 Maret.

     Informasi pergantian kapolda ini dimuat dalam Surat Telegram Kapolri Nomor ST/379/II/2012, tanggal 23 Februari 2012. Surat tersebut telah diterima Polda Sulsel melalui Kepala Divisi Hukum sebagai kapolda Sulselbar, Jumat, hari ini.

   Sementara Johny ditarik ke Mabes Polri menduduki posisi baru, yakni Waka Baharkam Polri. Menurut Kadiv Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Chevy A Sopari mengungkapkan, “selain Johny, 100 pejabat di kepolisian daerah lain juga mengalami pergeseran”. Johny satu-satunya pejabat di jajaran Polda Sulselbar yang dimutasi.

   Ditempat terpisah salah seorang Mahasiswa yang tidak ingin disebutkan identitasnya ketika dimintai harapannya mengenai kapolda yang baru “saya berharap dengan adanya pergantian kapolda yang baru, kinerja kepolisian bisa lebih baik dan professional  terutama dalam menangani kasus-kasus korupsi, karna kita tahu semua di Sulsel itu adalah lumbung korupsi, jadi supremasi hukum harus betul-betul ditegakkan tanpa tebang pilih.ungkap sumber

    Sementara dari kalangan jurnalis berharap dengan kapolda yang baru bisa terjaling kemitraan yang baik antara pekerja kulit tinta dengan aparat kepolisian yang mana akhir-akhir ini sering terjadi gesekan berupa tindak penganiyaan dan diskriminasi terhadap pers dilapangan seperti yang terjadi kasus penganiyaan dan pengeroyokan terhadap wartawan amunisi saat melakukan liputan  SMS band dianjungan pantai losari Makassar beberapa bulan yang lalu, belum lagi kasus penghinaan dan diskriminasi pers yang dilakukan oknum perwira kasatreskrim Polres Mamuju. dan berharap kasus ini tidak terulang kembali di internal kepolisian karna ini akan mencoreng citra kepolisian karna dinilai menghambat kebebasan pers. (red-forwi)   
Sumber :Forwi

Senin, 05 Maret 2012

Opini
KONSEP PANCANORMA (PANGNGADERENG)

            Pencerminan kepribadian suatu bangsa, merupakan penjelmaan jiwa bangsa yang bersangkutan yang sering disebut sebagai adat.
            Setiap bangsa di dunia ini tentu mempunyai adat kebiasaan  sendiri-sendiri. Setiap bangsa memiliki adat kebiasaan yang berbeda antara bangsa yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu, adat merupakan salah satu unsur  penting  yang memberikan identitas kepada suatu bangsa.
            Seperti halnya Negara Republik Indonesia ini, adat yang dimiliki oleh sejumlah suku bangsa adalah berbeda-beda, namun dasar dan sifatnya adalah satu, yakni sifat keindonesiaannya. Sehingga adat bangsa Indonesia sering dikatakan merupakan “Bhinneka” yakni, meskipun berbeda-beda adat suku bangsanya dan “Tunggal Ika” yakni, tetap satu jua adalah dasar dan sifat keindonesiaannya.
            Adat istiadat yang berhubungan dengan tradisi rakyat inilah yang merupakan sumber yang mengagumkan bagi hukum adat bangsa Indonesia yang merupakan cikal bakal ideologi atau norma bangsa yang dikenal dengan nama “Pancasila” yang terdiri dari 5 (lima) butir yaitu :
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa
2.    Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerkyatan  yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5.    Kedilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
            Demikian pula suku bangsa Bugis yang mendiami pulau Sulawesi bagian Selatan juga mempunyai norma yang disebut “PANCANORMA” yakni terdapat 5 (lima) butir norma yang menjadi salah satu unsur pembeda dari sejumlah suku bangsa yang ada di Negara Republik Indonesia tercinta.
Konsep Pancanorma (Pangngadereng) ini lahir sejak abad ke-16 yaitu pada masa pemerintahan Raja Bone ke-6 (1543-1568). Pada masa itu terdapat seorang cendekiawan bugis yang bernama Lamellong. Karena atas kemampuan berpikir yang dimilikinya sehingga Raja memberi gelar “Kajao” yaitu orang cerdik/cendekia. Kajaolalliddong” yaitu cendekiawan atau orang cerdik pandai  dari sebuah kampung yang bernama Lalliddong di wilayah kerajaan Bone. Sang Kajaolah yang melahirkan “Konsep Pangngadereng” yang hingga kini masih dipegang teguh oleh suku bangsa Bugis. Dengan pokok-pokok pikiran tentang hukum dan ketatanegaraan. Pokok-pokok pikiran beliau  menjadi acuan bagi Raja dalam melaksanakan aktivitas pemerintahan. Dalam lintasan perjalanan Kerajaan Bone dilukiskan, betapa besar jasa Lamellong dalam mempersatukan tiga Kerajaaan Bugis, yakni Bone, Soppeng, dan Wajo, dalam sebuah ikrar sumpah setia untuk saling membantu dalam hal pertahanan dan pembangunan kerajaan. Ikrar ini dikenal dengan nama “Lamumpatue” ri Timurung tahun 1582 pada masa pemerintahan La tenri Rawe BongkangngE raja Bone ke-7 (1568-1584).
Dalam ikrar itu ketiga raja yakni, La Tenri Rawe BongkangngE (Bone), La Mappaleppe PatoloE (Soppeng), dan La Mungkace To Uddamang (Wajo) menandai ikrar itu dengan menenggelamkan tiga buah batu.
Pokok-pokok pikiran Lamellong yang dianjurkan kepada raja Bone ada empat hal, yakni :
1.Tidak membiarkan rakyatnya bercerai-berai;
2.Tidak memejamkan mata siang dan malam;
3. Menganalisis sebab akibat suatu tindakan sebelum dilakukan; dan
4. Raja harus mampu bertututur kata dan menjawab pertanyaan.

            Implementasi pokok-pokok pikiran sebagai unsur perekat dalam menjalankan aktivitas pemerintahan di atas adalah :
a.    Siattinglima, yakni bergandengan tangan
b.    Sitonraola, yakni kesepakatan melalui musyawarah
c.    Tessipano, yakni tidak saling menjatuhkan
d.    Tessibelleang, yakni tidak saling menghianati

Selanjutnya, dikalangan seorang raja Bugis  dalam menjalankan roda pemerintahan harus memiliki 11 (sebelas) kriteria, antara lain raja harus bersifat :
1.LINO (BUMI) : Mempunyai watak BUMI,  yaitu  seorang pemimpin hendaknya mampu melihat jauh ke depan, berwatak murah hati, suka beramal, dan  senantiasa berusaha untuk tidak  mengecewakan kepercayaan rakyatnya

2.LANGI (LANGIT) : Mempunyai watak LANGIT, yaitu langit mempunyai keluasan yang  tak terbatas hingga mampu menampung apa saja yg datang  padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan  pengendalikan diri yang  kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam

3.WETTUING (BINTANG) : Mempunyai watak BINTANG, yaitu bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah (Kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat kebanyakan tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

4.MATAESSO (MATAHARI) :Mempunyai watak MATAHARI, yaitu matahari adalah sumber dari segala  kehidupan, yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyatnya utk membangun negara dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat  berkarya dan memamfaatkan cipta, rasa, dan karsanya.

5.KETENG (BULAN) : Mempunyai watak BULAN, yaitu keberadaan bulan senantiasa menerangi kegelapan malam dan menumbuhkan harapan sejuk yang indah mempesona. Seorang pemimpin hendaknya sanggup dan dapat memberikan dorongan dan mampu membangkitkan semangat rakyatnya, ketika rakyat sedang  menderita kesulitan. Ketika rakyatnya sedang susah maka pemimpin harus berada di depan dan ketika rakyatnya senang pemimpin berada di belakang.

6.ANGING (ANGIN) : Mempunyai watak ANGIN, yaitu angin selalu berada disegala tempat tanpa   membedakan daratan tinggi dan  daratan rendah ataupun ngarai. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyatnya, tanpa membedakan derajat dan  martabatnya, hingga secara langsung mengetahui keadaan & keinginan rakyatnya.

7.WARA API (API) : Mempunyai watak API, yaitu api mempunyai kemampuan untuk  membakar  habis dan menghancurleburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara  tegas dan  tuntas tanpa pandang bulu.

8.TANA (TANAH) : Mempunyai watak TANAH, yaitu tanah merupakan dasar berpijak dan rela dirinya ditumbuhi. Seorang pemimpin harus menjadikan dirinya penyubur kehidupan rakyatnya dan tidak tidur memikirkan kesejahteraan rakyatnya.

9.RAUKKAJU (TUMBUHAN) : Mempunyai watak TUMBUHAN, yaitu tumbuhan/tanaman memberikan hasil yang bermamfaat dan rela dirinya dipetik baik daun,dan buahnya maupun bunganya demi kepentingan mahluk lainnya.

10.TASI’ (LAUT LUAS) : Mempunyai watak SAMUDRA, yaitu laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai  permukaan yg rata dan bersifat sejuk menyegarkan. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua rakyatnya pada  derajat dan  martabat yang  sama di hatinya. Dengan  demikian ia dapat berlaku adil, bijaksana dan  penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

11.SAO/BOLA (RUMAH) : Mempunyai watak RUMAH, yaitu rumah senantiasa menyiapkan dirinya dijadikan sebagai tempat berteduh baik malam maupun malam. Seorang pemimpin harus memayungi dan melindungi seluruh rakyatnya.

Implementasi kesebelas kriteria di atas, menurut ajaran Lamellong Kajao Lalliddong mengenai pelaksanaan pemerintahan dan kemasyarakatan yang disebut “Inanna Warangparangnge” yaitu sumber kekayaan, kemakmuran, dan keadilan antara lain :
1.  Perhatian Raja terhadap rakyatnya harus lebih besar dari pada perhatian terhadap dirinya sendiri;
2.  Raja harus memiliki kecerdasan yang mampu menerima serta melayani orang banyak;
3.  Raja harus jujur dalam segala tindakan.

Tiga faktor utama yang ditekankan Kajao dalam pelaksanaan pemerintahan, merupakan ciri demokratisasi yang membatasi kekuasaan raja, sehingga raja tidak dapat bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan norma yang telah ditetapkan. Tentang pembatasan kekuasaan, dalam Lontara disebutkan, bahwa Arung Mangkau berkewajiban untuk menghormati hak-hak orang banyak. Perhatian raja harus sepenuhnya diarahkan kepada kepentingan rakyat sesuai amanah yang telah dipercayakan kepadanya.

            Berdasarkan dari berbagai pokok-pokok pikiran Kajaolalliddong di atas maka kelima butir Pangngadereng (Pancanorma) yang dimaksud adalah :

1.    Ade
2.    Bicara
3.    Rapang
4.    Wari
5.    Sara

1.  ADE’
            Ade merupakan komponen pangngaderen yang memuat aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat. Ade’ sebagai pranata sosial didalamnya terkandung beberapa unsur antara lain :
a.  Ade pura Onro, yaitu norma yang bersifat permanen atau menetap dengan sukar untuk diubah.
b.  Ade Abiasang, yaitu sistem kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dianggap tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.
c.   Ade Maraja, yaitu sistem norma baru yang muncul sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2.BICARA
            Bicara adalah aturan-aturan peradilan dalam arti luas. Bicara lebih bersifat refresif, menyelesaikan sengketa yang mengarah kepada keadilan dalam arti peradilan bicara senantiasa berpijak kepada objektivitas, tidak berat sebelah.

3.RAPANG
            Rapang adalah aturan yang ditetapkan setelah membandingkan dengan keputusan-keputusan terdahulu atau membandingkan dengan keputusan adat yang berlaku di negeri tetangga.

4.WARI
            Wari adalah suatu sistem yang mengatur tentang batas-batas kewenangan dalam masyarakat, membedakan antara satu dengan yang lainnya dengan ruang lingkup penataan sistem kemasyarakatan, hak, dan kewajiban setiap orang.

5.SARA
            Sara adalah suatu sistem yang mengatur dimana seorang raja dalam menjalankan roda pemerintahannya harus bersandar kepada Dewatae (Tuhan yang Maha Esa)

            Dengan demikian ajaran Kajao Lalliddong tentang hukum yang mengatur kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kominitas dalam wilayah kerajaan, dengan ditambahkannya komponen sara diatas menjadi semakin lengkap dan sempurna. Ajaran Kajao ini selanjutnya menjadi pegangan bagi kerajaa-kerajaan Bugis yang ada di Sulawesi Selatan.
            Dapat dikatakan, bahwa lewat konsep “Pangngadereng” ini menumbuhkan suatu wahana kebudayaan yang tak ternilai bukan hanya bagi masyarakat Bugis di berbagai pelosok nusantara. Bahkan ajaran Kajao Lalliddong ini telah memberi warna tersendiri peta budaya masyarakat Bugis, sekaligus membedakannya dengan suku-suku lain yang mendiami nusantara ini.
Itulah kelima butir tatanan dalam konteks kesukuan bagi suku bangsa Bugis yang menjadi dasar dalam menjalankan roda pemerintahan Raja-Raja Bone sejak abad XVI pada masa pemerintahan Raja Bone ke-6 La Uliyo Bote’E (1543-1568) yang selanjutnya menjadi pegangan bagi kerajaa-kerajaan Bugis.
Berdasarkan Konsep Pancanorma di atas maka dikalangan suku bangsa Bugis lahirlah istilah “Paseng dan Pangaja”. Paseng (Petuah) adalah sesuatu pesan yang berlaku pada masa dulu, kini, dan akan datang. Sedang Pangaja (Nasihat) adalah suatu pesan yang lahir setelah seseorang melakukan perbuatan yang dianggap bertentangan dengan norma yang berlaku. Paseng atau petuah yang dimaksud adalah :
1)  Lempu / Kejujuran : Pahit dan getir
2)  Getteng / Prinsip
3)  Sipakatau / Manusiawi
4)  Mappesona ri Dewatae / Bersandar kepada Allah

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 telah menjadi ruh dalam kehidupan bangsa Indonesia juga menjadi perekat kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila sebagai falsafah NKRI merangkum seluruh kepribadian suku bangsa yang ada di Indonesia.
Pancanorma (Pangngadereng) lahir pada tahun 1543 sejak pemerintahan raja Bone VII Latenri Rawe’ BongkangngE merupakan simbol ruh yang merangkum kepribadian suku bangsa Bugis dimasa lalu.  Akankah ruh-ruh luhur itu akan kembali menghias Bumi Pertiwi? Karena sekarang ini ruh-ruh itu berada di pojok-pojok yang sepi?.
(Oleh : Mursalim, S.Pd.,M.Si.)
Dir.Lembaga Seni Budaya Teluk Bone

Konsep Pancanorma (Pangngadereng)

Opini
KONSEP PANCANORMA (PANGNGADERENG)

            Pencerminan kepribadian suatu bangsa, merupakan penjelmaan jiwa bangsa yang bersangkutan yang sering disebut sebagai adat.
            Setiap bangsa di dunia ini tentu mempunyai adat kebiasaan  sendiri-sendiri. Setiap bangsa memiliki adat kebiasaan yang berbeda antara bangsa yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu, adat merupakan salah satu unsur  penting  yang memberikan identitas kepada suatu bangsa.
            Seperti halnya Negara Republik Indonesia ini, adat yang dimiliki oleh sejumlah suku bangsa adalah berbeda-beda, namun dasar dan sifatnya adalah satu, yakni sifat keindonesiaannya. Sehingga adat bangsa Indonesia sering dikatakan merupakan “Bhinneka” yakni, meskipun berbeda-beda adat suku bangsanya dan “Tunggal Ika” yakni, tetap satu jua adalah dasar dan sifat keindonesiaannya.
            Adat istiadat yang berhubungan dengan tradisi rakyat inilah yang merupakan sumber yang mengagumkan bagi hukum adat bangsa Indonesia yang merupakan cikal bakal ideologi atau norma bangsa yang dikenal dengan nama “Pancasila” yang terdiri dari 5 (lima) butir yaitu :
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa
2.    Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerkyatan  yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5.    Kedilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
            Demikian pula suku bangsa Bugis yang mendiami pulau Sulawesi bagian Selatan juga mempunyai norma yang disebut “PANCANORMA” yakni terdapat 5 (lima) butir norma yang menjadi salah satu unsur pembeda dari sejumlah suku bangsa yang ada di Negara Republik Indonesia tercinta.
Konsep Pancanorma (Pangngadereng) ini lahir sejak abad ke-16 yaitu pada masa pemerintahan Raja Bone ke-6 (1543-1568). Pada masa itu terdapat seorang cendekiawan bugis yang bernama Lamellong. Karena atas kemampuan berpikir yang dimilikinya sehingga Raja memberi gelar “Kajao” yaitu orang cerdik/cendekia. Kajaolalliddong” yaitu cendekiawan atau orang cerdik pandai  dari sebuah kampung yang bernama Lalliddong di wilayah kerajaan Bone. Sang Kajaolah yang melahirkan “Konsep Pangngadereng” yang hingga kini masih dipegang teguh oleh suku bangsa Bugis. Dengan pokok-pokok pikiran tentang hukum dan ketatanegaraan. Pokok-pokok pikiran beliau  menjadi acuan bagi Raja dalam melaksanakan aktivitas pemerintahan. Dalam lintasan perjalanan Kerajaan Bone dilukiskan, betapa besar jasa Lamellong dalam mempersatukan tiga Kerajaaan Bugis, yakni Bone, Soppeng, dan Wajo, dalam sebuah ikrar sumpah setia untuk saling membantu dalam hal pertahanan dan pembangunan kerajaan. Ikrar ini dikenal dengan nama “Lamumpatue” ri Timurung tahun 1582 pada masa pemerintahan La tenri Rawe BongkangngE raja Bone ke-7 (1568-1584).
Dalam ikrar itu ketiga raja yakni, La Tenri Rawe BongkangngE (Bone), La Mappaleppe PatoloE (Soppeng), dan La Mungkace To Uddamang (Wajo) menandai ikrar itu dengan menenggelamkan tiga buah batu.
Pokok-pokok pikiran Lamellong yang dianjurkan kepada raja Bone ada empat hal, yakni :
1.Tidak membiarkan rakyatnya bercerai-berai;
2.Tidak memejamkan mata siang dan malam;
3. Menganalisis sebab akibat suatu tindakan sebelum dilakukan; dan
4. Raja harus mampu bertututur kata dan menjawab pertanyaan.

            Implementasi pokok-pokok pikiran sebagai unsur perekat dalam menjalankan aktivitas pemerintahan di atas adalah :
a.    Siattinglima, yakni bergandengan tangan
b.    Sitonraola, yakni kesepakatan melalui musyawarah
c.    Tessipano, yakni tidak saling menjatuhkan
d.    Tessibelleang, yakni tidak saling menghianati

Selanjutnya, dikalangan seorang raja Bugis  dalam menjalankan roda pemerintahan harus memiliki 11 (sebelas) kriteria, antara lain raja harus bersifat :
1.LINO (BUMI) : Mempunyai watak BUMI,  yaitu  seorang pemimpin hendaknya mampu melihat jauh ke depan, berwatak murah hati, suka beramal, dan  senantiasa berusaha untuk tidak  mengecewakan kepercayaan rakyatnya

2.LANGI (LANGIT) : Mempunyai watak LANGIT, yaitu langit mempunyai keluasan yang  tak terbatas hingga mampu menampung apa saja yg datang  padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan  pengendalikan diri yang  kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam

3.WETTUING (BINTANG) : Mempunyai watak BINTANG, yaitu bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah (Kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat kebanyakan tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

4.MATAESSO (MATAHARI) :Mempunyai watak MATAHARI, yaitu matahari adalah sumber dari segala  kehidupan, yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyatnya utk membangun negara dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat  berkarya dan memamfaatkan cipta, rasa, dan karsanya.

5.KETENG (BULAN) : Mempunyai watak BULAN, yaitu keberadaan bulan senantiasa menerangi kegelapan malam dan menumbuhkan harapan sejuk yang indah mempesona. Seorang pemimpin hendaknya sanggup dan dapat memberikan dorongan dan mampu membangkitkan semangat rakyatnya, ketika rakyat sedang  menderita kesulitan. Ketika rakyatnya sedang susah maka pemimpin harus berada di depan dan ketika rakyatnya senang pemimpin berada di belakang.

6.ANGING (ANGIN) : Mempunyai watak ANGIN, yaitu angin selalu berada disegala tempat tanpa   membedakan daratan tinggi dan  daratan rendah ataupun ngarai. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyatnya, tanpa membedakan derajat dan  martabatnya, hingga secara langsung mengetahui keadaan & keinginan rakyatnya.

7.WARA API (API) : Mempunyai watak API, yaitu api mempunyai kemampuan untuk  membakar  habis dan menghancurleburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara  tegas dan  tuntas tanpa pandang bulu.

8.TANA (TANAH) : Mempunyai watak TANAH, yaitu tanah merupakan dasar berpijak dan rela dirinya ditumbuhi. Seorang pemimpin harus menjadikan dirinya penyubur kehidupan rakyatnya dan tidak tidur memikirkan kesejahteraan rakyatnya.

9.RAUKKAJU (TUMBUHAN) : Mempunyai watak TUMBUHAN, yaitu tumbuhan/tanaman memberikan hasil yang bermamfaat dan rela dirinya dipetik baik daun,dan buahnya maupun bunganya demi kepentingan mahluk lainnya.

10.TASI’ (LAUT LUAS) : Mempunyai watak SAMUDRA, yaitu laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai  permukaan yg rata dan bersifat sejuk menyegarkan. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua rakyatnya pada  derajat dan  martabat yang  sama di hatinya. Dengan  demikian ia dapat berlaku adil, bijaksana dan  penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

11.SAO/BOLA (RUMAH) : Mempunyai watak RUMAH, yaitu rumah senantiasa menyiapkan dirinya dijadikan sebagai tempat berteduh baik malam maupun malam. Seorang pemimpin harus memayungi dan melindungi seluruh rakyatnya.

Implementasi kesebelas kriteria di atas, menurut ajaran Lamellong Kajao Lalliddong mengenai pelaksanaan pemerintahan dan kemasyarakatan yang disebut “Inanna Warangparangnge” yaitu sumber kekayaan, kemakmuran, dan keadilan antara lain :
1.  Perhatian Raja terhadap rakyatnya harus lebih besar dari pada perhatian terhadap dirinya sendiri;
2.  Raja harus memiliki kecerdasan yang mampu menerima serta melayani orang banyak;
3.  Raja harus jujur dalam segala tindakan.

Tiga faktor utama yang ditekankan Kajao dalam pelaksanaan pemerintahan, merupakan ciri demokratisasi yang membatasi kekuasaan raja, sehingga raja tidak dapat bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan norma yang telah ditetapkan. Tentang pembatasan kekuasaan, dalam Lontara disebutkan, bahwa Arung Mangkau berkewajiban untuk menghormati hak-hak orang banyak. Perhatian raja harus sepenuhnya diarahkan kepada kepentingan rakyat sesuai amanah yang telah dipercayakan kepadanya.

            Berdasarkan dari berbagai pokok-pokok pikiran Kajaolalliddong di atas maka kelima butir Pangngadereng (Pancanorma) yang dimaksud adalah :

1.    Ade
2.    Bicara
3.    Rapang
4.    Wari
5.    Sara

1.  ADE’
            Ade merupakan komponen pangngaderen yang memuat aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat. Ade’ sebagai pranata sosial didalamnya terkandung beberapa unsur antara lain :
a.  Ade pura Onro, yaitu norma yang bersifat permanen atau menetap dengan sukar untuk diubah.
b.  Ade Abiasang, yaitu sistem kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dianggap tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.
c.   Ade Maraja, yaitu sistem norma baru yang muncul sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2.BICARA
            Bicara adalah aturan-aturan peradilan dalam arti luas. Bicara lebih bersifat refresif, menyelesaikan sengketa yang mengarah kepada keadilan dalam arti peradilan bicara senantiasa berpijak kepada objektivitas, tidak berat sebelah.

3.RAPANG
            Rapang adalah aturan yang ditetapkan setelah membandingkan dengan keputusan-keputusan terdahulu atau membandingkan dengan keputusan adat yang berlaku di negeri tetangga.

4.WARI
            Wari adalah suatu sistem yang mengatur tentang batas-batas kewenangan dalam masyarakat, membedakan antara satu dengan yang lainnya dengan ruang lingkup penataan sistem kemasyarakatan, hak, dan kewajiban setiap orang.

5.SARA
            Sara adalah suatu sistem yang mengatur dimana seorang raja dalam menjalankan roda pemerintahannya harus bersandar kepada Dewatae (Tuhan yang Maha Esa)

            Dengan demikian ajaran Kajao Lalliddong tentang hukum yang mengatur kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kominitas dalam wilayah kerajaan, dengan ditambahkannya komponen sara diatas menjadi semakin lengkap dan sempurna. Ajaran Kajao ini selanjutnya menjadi pegangan bagi kerajaa-kerajaan Bugis yang ada di Sulawesi Selatan.
            Dapat dikatakan, bahwa lewat konsep “Pangngadereng” ini menumbuhkan suatu wahana kebudayaan yang tak ternilai bukan hanya bagi masyarakat Bugis di berbagai pelosok nusantara. Bahkan ajaran Kajao Lalliddong ini telah memberi warna tersendiri peta budaya masyarakat Bugis, sekaligus membedakannya dengan suku-suku lain yang mendiami nusantara ini.
Itulah kelima butir tatanan dalam konteks kesukuan bagi suku bangsa Bugis yang menjadi dasar dalam menjalankan roda pemerintahan Raja-Raja Bone sejak abad XVI pada masa pemerintahan Raja Bone ke-6 La Uliyo Bote’E (1543-1568) yang selanjutnya menjadi pegangan bagi kerajaa-kerajaan Bugis.
Berdasarkan Konsep Pancanorma di atas maka dikalangan suku bangsa Bugis lahirlah istilah “Paseng dan Pangaja”. Paseng (Petuah) adalah sesuatu pesan yang berlaku pada masa dulu, kini, dan akan datang. Sedang Pangaja (Nasihat) adalah suatu pesan yang lahir setelah seseorang melakukan perbuatan yang dianggap bertentangan dengan norma yang berlaku. Paseng atau petuah yang dimaksud adalah :
1)  Lempu / Kejujuran : Pahit dan getir
2)  Getteng / Prinsip
3)  Sipakatau / Manusiawi
4)  Mappesona ri Dewatae / Bersandar kepada Allah

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 telah menjadi ruh dalam kehidupan bangsa Indonesia juga menjadi perekat kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila sebagai falsafah NKRI merangkum seluruh kepribadian suku bangsa yang ada di Indonesia.
Pancanorma (Pangngadereng) lahir pada tahun 1543 sejak pemerintahan raja Bone VII Latenri Rawe’ BongkangngE merupakan simbol ruh yang merangkum kepribadian suku bangsa Bugis dimasa lalu.  Akankah ruh-ruh luhur itu akan kembali menghias Bumi Pertiwi? Karena sekarang ini ruh-ruh itu berada di pojok-pojok yang sepi?.
(Oleh : Mursalim, S.Pd.,M.Si.)
Dir.Lembaga Seni Budaya Teluk Bone